Untitled...
Hey... Jangan pernah berhenti!
apalagi berulang menoleh kebelakang
sepeda kita akan terjatuh!
Ayo terus mengayuh,
masih jauh... jauh perjalanan yang harus kita tempuh.
Biar langit diatas kepala kita bergemuruh
kita tak boleh mengeluh
Biar terik bercucur peluh
kita harus tetap mengayuh
Senyum kita akan tetap utuh...
Catatan kecil sepertiga malam...
Tak sukar...
Mengurai rindu dalam perdu
aku berjalan...
memapah langkah menuju perindu hati
menelusuri rasa dalam kalbu
megurai berjuta kisah, peluh, & rindu
aku terus berjalan...
menerjang karang, merobek ilalang
menerjang perdu, meredam rindu
lelah takan mampu membelah rasa
hmmm... hampir saja!
aku tehempas badai airmata di utara
namun, hatiku masih kokoh mendekap rasa
rasa yang ku bawa untuknya...
Aku pasrah...
Sudah saatnya kelenjar airmata berhenti bekerja
gemuruh dihati belum jua berlalu
seusai badai malam itu
sendu menderu
relung waktu
sesaat, terhempas di ruang eksekusi
seperti nadi yg tak berdetak
dan waktu yg tak berdetik
semua mata nanar tertuju padanya
tertunduk ia, menghitung titik airmata
perlahan melemah tatapan mata sayu
menohok hati, saat esok pagi ada rasa yang harus dibalut kafan
rasa yang selama ini menjadi mutiara hatinya
________________________________
meski mutiara harus terbalut kafan & terkubur dalam dalam
mutiara akan tetap menjadi mutiara
sudah saatnya kelenjar airmata berhenti bekerja
dermaga malammalam
untuk Ibu...
Terbayang...
raut wajah sendu penuh kehangatan
garis usia di keningnya begitu nampak
pantulkan rona kasih yang tak pernah tersisih
Terperangah...
mataku melihat Bulir-bulir padi menunduk kagum
saat menyaksikan ia membawakanku secangkir kasih
yg telah ia buat sedari malam, ya sedari malam (tutur ayahku)
Terngiang...
ayat ayat Illahi yg begitu indah terlantun dari bibirnya
di sepertiga malam seusai sujudnya, saat semua mata masih merekat lelap
ia terjaga disamping tidurku, bersimpuh melantunkan ayat-ayat Illahi
syahdu, terdengar sayup sayup diantara suara gemericik hujan
Ku merindu...
ada kabut dimataku, kabut airmata haru
untuk ibu...
Tujuh dua puluh Lima
Tujuh dua puluh Lima
Jarum waktu tergambar dimataku
Langit begitu lebam, Seusai rintik airmata malam
Menyisakan dingin untuk malam dan sepenggal kerinduan
Aku menghabiskan detik diatas becak tua
Bersama seorang bapak tua, pengayuhnya
Menyusuri setiap jalan malam
Tanpa arah, namun malam cukup indah
Aku Mencari serpihan hati yg tercecer sore tadi
Langganan:
Postingan (Atom)