Jauh




tubuhku berdebu
aku tak sanggup lagi mendongak
semuanya terasa Sunyi Senyap
ingin merengkuh malam, tapi aku tak berdaya

tanah yg sedari tadi ku genggam kuat
perlahan melemah, lalu berjatuhan
serbuknya ada yang terhempas angin
ada pula yang terjatuh di lututku

aku bersimpuh...
bukan untuk mengeluh
tp untuk menemui hatiku yg selama ini telah jauh

jauh, kutinggalkan karena angkuh

Hatiku meranggas...

daunku kian berguguran
aku acuh... namun tetap saja aku bergemuruh
hatiku rapuh

aku ingin rindang

Ibu pertiwi tak boleh mati!



luluh lantah...
hati kami terbakar
oleh bara kami sendiri
semoga masih ada sisa hati diantara puing hitam

Ibu pertiwi tak boleh mati!

Bilang padanya, kami manusia!




bilang padanya kami tertegun lirih
padahal kami berada dirumah kami sendiri
perjalanan kami sudah panjang
mengurai waktu & peluh,
yang tidak sedikit

untuk mengokohkan rumah
yang dulu rapuh

kini... jasad kami tercerai berai
namun hati kami masih satu

bilang padanya, kami manusia!

detik penghabisan dilantai 20




mereka kemasi diri
lalu pergi
satu, lalu dua, dan entah berapa
meninggalkan istana mimpi
yang dulu bukan apa,
tanpa mereka

segalanya hampir memudar...