redup


jalan kehidupan yg sedari dulu kutapaki
kian terjal saja, likuan berbatu kian pilu
mata pun tak sanggup lagi menembus pandang
terlalu redup samar cahaya yg membias mata
hingga luka disekujur tubuh tak tampak lagi
tertatih...
perih...
menyusuri jalan setapak kehidupan dengan segala misterinya
langkah ini tak mungkin terhenti disini
karena hidup hanya sekali
terus melangkah meski tertatih
hingga mata tak sanggup lagi ku buka
atau nafas tak lagi berdenyut nadi

ratapi diri

ingin sejenak saja berpisah dengan Wahyu Munajat,
agar bisa kulihat kanvas kehidupanku sendiri
dengan segala hitam-putihnya

Uluwatu



Uluwatu...

rindu yg tak pernah berujung
walau telah lelah ku jelajah
menapaki pesonamu
disetiap langkah

disini...
aku berdamai dengan hati
bercengkrama dengan jiwa

biar rindu ini menelanjangi waktu
meski sampai terbujur kaku
ku kan tetap merindu pesonamu
Uluwatu...



kanvas kehidupan


kanvas kehidupan telah siap dihadapanku
cat minyak pun beraneka dilantai
hari ini aku ingin melukis
diatas kanvas kehidupanku
jingga mengawali sapuan pesonanya
lalu merah, biru, kuning, hijau, dan warna kehidupan lainnya
silih berganti dan berbagi sapukan pesona nya
huh hari telah sore...
lukisan kehidupan telah selesai ku buat
namun aku tertunduk malu
karena pesonanya tak seindah imagiku
namun menyadarkanku
bahwa...

kanvas kehidupan kita adalah putih
kita sendiri yg memberi warna
pesona atau muram
warnai hariku, harimu, dan hari kita semua!